TUGAS TEKNIK LINGKUNGAN & AMDAL
Judul : Penurunan kualitas air akibat
pencemaran
Nama :
Muhammad Alfarisyi
NPM :
24411753
Kelas :
3 IC02
JURUSAN TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
DEPOK
2013
Abstrak
Beberapa pencemaran
di sungai tentunya di akibatkan oleh kehidupan di sekitarnya baik pada sungai
itu sendiri maupun prilaku manusia sebagai pengguna. Akibat buangan dari
aktifitas rumah tangga bahkan limbah yang datang dari daerah industry menyebabkan
terganggunya ekosistem sungai.
Kandungan BOD ini
merupakan petunjuk penting untuk mengetahui banyaknya zat-zat organic yang
terkandung di dalam media air, semakin besar BOD berarti persediaan DO makin
berkurang. Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air tersebut di sebabkan
karena konsentrasi bahan pencemar yang masuk ke perairan mengalami peningkatan ke
arah hilir
BAB I
Pendahuluan
1.1 latar
belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang
bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang
kita gunakan harus berstandart 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
beracun. Tetapi banyak kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering
kali bercampur dengan benda – benda sampah seperti plastik, sampah organic,
kaleng dan sebagainnya. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran
sungai, selokan maupun kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau
air yang terpolusi. Air yang terpolusi mengandung zat- zat yang berbahaya yang
dapat menyebabkan dampak buruk dan merugikan kita bila di konsumsi.
Namun bagi kita, khususnya masyarakat pedesaan, sungai adalah
sumber air sehari – hari untuk kelangsungan hidup. Mereka kurang begitu peduli
kandungan yang terdapat pada air tersebut.
1.2 Permasalahan
Pada penulisan ini
akan membahas tentang pencemaran air sungai akibat adanya limbah dari rumah
tangga maupun limbah industry. Dan mengetahui indikator-indikator air yang
telah tercemar.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai dari penulisan adalah :
1. Agar
kita dapat mengetahui penyebab tercemarnya air
2. Bagaimana
cara mencegah pencemaran air
3. Dapat
mensosialisasikan tentang pencemaran air
BAB II
Landasan Teori
Apa yang disebut Pencemaran Air ?
Dalam PP No. 20/1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air
oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal
1, angka 2). Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna
pokoknya menjadi 3 (tga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau
pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya
pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain
ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut
sering disebut dengan istilah unsur
pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat
rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek pelaku/penyebab dapat yang
disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang disebabkan oleh alam
tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus menanggulangi
pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat berdasarkan penurunan
kualitas air sampai ke tingkat tertentu.
Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air
yang menjadi batas antara tingkat
tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah
sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar baku mutu tertentu untuk
peruntukan air. Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat
3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat, harus memenuhi
persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas tettuang dalam
Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air minum/air bersih yang
terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan
dalam PERMENKES 416/1990 (Achmadi,
2001).
Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda
bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang
dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
-
Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan
adanya perubahan warna, bau dan rasa
-
Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH
-
Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran
air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri pathogen.
Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan
pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen
biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand,
BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical
Oxygen Demand, COD).
pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan
mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung
besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam,
sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan
bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu
kehidupan biota akuatik.
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab
pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang
rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada
table di bawah ini :
Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas
Biologi Perairan
Nilai pH
|
Pengaruh Umum
|
6,0 – 6,5
|
1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami
perubahan
|
5,5 – 6,0
|
1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami
perubahan yang berarti
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral
|
5,0 – 5,5
|
1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton
dan
bentos semakin besar
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan
bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
|
4,5 – 5,0
|
1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton
dan bentos semakin besar
2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak
4. Proses nitrifikasi terhambat
|
Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi,
2003
Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan
air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis
algae yaitu Chlamydomonas acidophila
mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena
pada pH 1,6.
Oksigen terlarut (DO)
Tanpa adanya oksegen
terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen
terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam air. Oksigen
dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang
dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang
terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat
tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan
tekanan atmosfir. Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan
oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah
8,32 mg/L (Warlina, 1985).
Kadar oksigen terlarut
yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan
organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak.
Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berta yang
berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme akuatik,
sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat
dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut,
1992 dalam Effendi, 2003).
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan
organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic menjadi anorganik
dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan anorganik yang
stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat
(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag
berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat
pengganggu.
Dengan demikian, BOD
adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan
air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air menjadi
karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi bahan organic
berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi, 2003) proses
penguraian bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme
atau oleh bakteri aerobic adalah :
CnHaObNc + (n
+ a/4 – b/2 – 3c/4) O2 → n CO2 + (a/2
– 3c/2) H2O + c NH3
Bahan organic oksigen bakteri aerob
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
COD adalah jumlah
oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang
sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh kalium
bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O
serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :
HaHbOc + Cr2O7
2- + H +
→ CO2 + H2O + Cr 3+
BAB III
Metode Penulisan dan
Data
Banyak penyebab sumber
pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu
sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen
yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak
langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan
(Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber pencemaran air
berasal dari industri, rumah tangga dan
pertanian. Tanah dan air tanah
mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam.
Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut
Gambar : Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar
terhadap
Lingkungan Perairan
3.1. Komponen Pencemaran Air
Saat ini hampir 10 juta
zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan
secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau
air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di pertanian,
industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau
PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.
Erat kaitannya dengan
masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen pencemaran air turut
menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana (1995),
komponen pencemaran air dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1.
padat
2. organic dan olahan
bahan makanan
3. anorganik
4. cairan berminyak
5. berupa panas
6. zat kimia.
Bahan buangan padat
Yang dimaksud bahan buangan padat
adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang
halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran
dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal.
3.1.1. Bahan buangan padat
Yang dimaksud bahan
buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar
atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi
pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan
koloidal.
3.1.2. Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan
Bahan buangan organic
umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan populasi
mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup kemungkinan
dengan berambahnya mikroorganisme dapat
berkembang pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia
3.1.3. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik
sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam. Apabila masuk ke
perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan
buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yag melibatkan
penggunaan unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd),
air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.
3.1.4. Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak
yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung menutupi permukaan air. Jika
bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi
penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak
pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi
membutuhkan waktu yang lama.
3.1.5. Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)
Perubahan kecil pada
temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau spesies lainnya,
namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan
menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan
atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun harus
dihindari. Sebaiknya industri-industri jika akan membuang air buangan ke perairan harus
memperhatikan hal ini.
3.1.6. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia
banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini akan dikelompokkan menjadi
:
a. Sabun (deterjen,
sampo dan bahan pembersih lainnya),
b. Bahan pemberantas
hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif
BAB IV
Analisa
4.1 DAMPAK PENCEMARAN AIR
Pencemaran air dapat
berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum, meracuni makanan
hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.
Di badan air, sungai dan
danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah menyebabkan pertumbuhan
tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi (eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen
yang seharusnya digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi
berkurang. Ketika tanaman air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih
banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan aktivitas bakteri akan menurun.
Dampak pencemaran air
pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)
- dampak terhadap
kehidupan biota air
- dampak terhadap
kualitas air tanah
- dampak terhadap
kesehatan
- dampak terhadap
estetika lingkungan
4.2. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar
pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air
tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan
oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat
pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman
dan tumbuhan air.
Akibat matinya
bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya
terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit
terurai. Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme,
apabila air limbah tidak didinginkan dahulu.
4.3 Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah
oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal
coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh
suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan
terjadinya pencemaran tersebut.
4.4. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :
-
air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen
-
air sebagai sarang insekta penyebar penyakit
jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak
dapat membersihkan diri
-
air sebagai media untuk hidup vector penyakit
4.5.
Dampak terhadap estetika lingkungan
-
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke
lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya
ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi
estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika.
Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin.
Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang
sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.
4.6. Penanggulangan pencemaran air
-
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia
telah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini
meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu
upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air
adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya
untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha
skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bwertahap untuk mengendalikan
beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk
menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH,
2004).
-
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi
pencemaran, yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu suatu
usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan
perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk
kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan
perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang
kegiatan industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan
dan pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan
penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap
perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau
menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran
Daftar Pustaka :
www.wikipedia.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar